Global Marketing Communication’s Weblog

April 22, 2008

THE IGMC TRIANGLE OF MANCHASTER UNITED

Filed under: Uncategorized — la2ui05 @ 3:47 pm

Ela Bestia – 0905010263

Case Study individu minggu ke-IX

Manchester United (MU)

Tiga elemen yang saling berpengaruh dalam pengembangan IGMC yang disebut dengan The IGMC Triangle adalah:

  1. Brand building.

  2. Corporate brand.

  3. Business building.

Bagaimana implementasinya dalam kasus MU?

Manchester United Football Club adalah sebuah klub sepak bola Inggris yang berbasis di Old Trafford, Manchester. Dibentuk sebagai Newton Heath LYR F.C. pada 1878 sebagai tim sepak bola depot Perusahaan Kereta Api Lancashire dan Yorkshire Railway di Newton Heath, namanya berganti menjadi Manchester United pada 1902. Meski sejak dulu telah termasuk salah satu tim terkuat di Inggris, namun baru pada tahun 1993 Manchester United meraih dominasi yang besar di kejuaraan domestik di bawah arahan Sir Alex Ferguson.

Sekarang MU adalah klub sepak bola yang terkaya di dunia, dengan penghasilan 146,1 M (pounds sterling). Statistic tersebut tidak terhenti hanya sampai disitu, klub tersebut memiliki 53 juta fans di seluruh dunia.Dari gambaran aktivitas yang dilakukan MU, sekarang club sepak bola tersebut tidak lagi hanya dijadikan sebuah wadah olah raga saja, tetapi juga berpotensi menjadi bisnis yang menjanjikan.

Sebenarnya apa yang spesial dari MU yang merupakan sebuah club sepak bola yang berasal dari Negara Industri tersebut? Direktur pemasaran MU menjelaskan “It is a brand. Most sports teams aren’t brands. The real differentiator is that we’ve got millions of fans in lots of places and a business model. So we’ve got scale as well as reach. Our brand comes to life throughout the week when the club plays matches and this gives it a more powerful relationship with people than most inanimate consumer brands could hope to have.”

Tampak oleh kita bahwa sebenarnya yang dijual MU adalah brand dan beberapa atribut yang menyertainya. Club football MU lahir dengan segudang prestasi, dan brand MU juga dibesarkan oleh berjuta-juta fans-nya yang tersebar di berbagai Negara. Para fans pasti sangat bangga apabila sangat dekat brand tersebut, memiliki segala atribut yang dapat diasosiasikan dengan club kesayangannya tersebut.

Untuk menciptakan image positif pada corporate brand-nya sebagai club sepak bola nomor satu di dunia, MU membentuk CRM (Costumer Relationship Management) dan CSR (Corporate Social Responsibility). CRM-nya berupa komunikasi interaktif yang continue antara MU dan fans-nya. Sedangkan untuk strategi CSR-nya, MU membentuk MU Fondation, dimana aktivitas-aktivitasnya adalah:

  • Football in the community, pelatihan pada generasi muda.

  • Educational Support

  • Charity, pertandingan amal yang seluruh keuntungannya untuk kepentingan sosial.

  • For UNICEF, kepedulian kepada anak-anak terlantar diseluruh dunia.

Dalam membangun bisnis-nya yang berorientasi pada penjualan, MU memiliki:

  1. Merchant store

menjual official merchandise MU. Merchant Store pertama mereka pada awalnya hanya berada di area Stadion Old Trafford akan tetapi kemudian berkembang menjadi Online Buying format sehingga penjualan official merchandise MU dapat menjangkau pasar global.

  1. Mu Café dan Bar

Merupakan franchise. Tempat berkumpulnya para fans MU.

  1. Mu Finance (MU Credit card, MU insurance, Savings and Loans)

Referensi:

www.google.com

Schultz, Don E. dan Kitchen, Philip J. (2000), Communicating Globally : An Integrated Marketing Approach. Chicago. NTC Business Books.

MU Develops Its Customer Marketing Capability with Technology Drivers

Filed under: Uncategorized — la2ui05 @ 3:46 pm

Ela Bestia – 0905010263

Case Study individu minggu ke-X

Manchester United (MU)

Setelah pencapaian yang sangat luar biasa yang diperoleh oleh MU baik itu di lapangan ataupun diluar lapangan, MU dipertimbangkan sebagai brand olahraga nomor satu di dunia. Pengembangan paham saling pengertian antara brand/club dengan fansnya merupakan kunci penting bagi MU dalam menjalankan strategi bisnisnya, salah satunya dengan memahami kebutuhan fansnya yang tersebar di seluruh dunia.

Visi club tersebut adalah memiliki CRM (Costumer Relationship Management) yang merupakan solusi dari bisnisnya yaitu untuk mengatur hubungan yang kuat antara brand dan supporters dalam sebuah basis global. Dasar dari pencapaiannya adalah mendapatkan informasi tentang fans/supporters dan bagaimana mereka bisa berinteraksi dengan club. Salah satu usaha CRM-MU adalah menggunakan teknologi SmartFocus, Sebuah perusahaan software multi-channel marketing internasional yang menyediakan intelligent marketing software dan jasa.

Smartfocus menyediakan market leading Campaign Management and Marketing Analytics technology. Dilengkapi juga dengan jasa konsultasi untuk membangun hubungan costumer dengan MU melalui berbagai transaksi. Elemen penting dari solusi Smartfocus adalah manajemen data internasional, dan khususnya data yang berasal dari Asia. Karena diindikasikan fans MU paling banyak berasal dari Asia. Selama proses seleksi data, MU menekankan fakta bahwa mereka tidak mencari hanya supplier, melainkan partner bisnis jangka panjang, dalam hubungan yang transparan.

Salah satu contoh partner bisnis MU yang lain adalah Vodafone, perusahaan yang menyediakan ponsel dan aksesorisnya. Pada perjanjian mereka, dalam setiap kampanye Vodafone, boleh menggunakan logo MU, karena menurut mereka, dan memang kenyataannya, dengan menggunakan logo MU atau atribut yang berkaitan dengan MU, dapat menarik gairah orang untuk membeli produk tersebut. Untuk desain ponsel dan aksesorisnya Vodafone menggunakan nuansa merah dan atribut MU lainnya. Untuk pihak MU, Vodafone menawarkan The Official Mobile Communications Service for Manchester United Fans, yang disebut dengan manUmobile. Sebagai nilai tambahnya, costumer memiliki akses langsung melalui mobile phone-nya untuk mengakses berita terbaru dari club tersebut selama 24 jam sehari.

Selain itu, MU juga mengadakan kontrak dengan Skinkers Ltd, the leader in PC alert technology solutions. MU menggunakan teknologi Skinkers untuk menciptakan sebuah interaktif, hubungan online antara club tersebut dengan fans-nya, menyampaikan berita dan informasi tentang club, dengan visual yang cukup tinggi, dan penekanan harga yang efisien. Skinkers merupakan bagian yang terintegral dalam usaha MU mengembangkan strategi multimedia-nya, yang digunakan untuk mengedukasi dan memberi informasi tentang club kepada para fans-nya yang berasal dari geografis yang berbeda. Hal tersebut dikutip berdasarkan pernyataan General Manager MU, Mark Hargreaves “United Alerts are an integral part of our online marketing strategy. Not only does it help increase engagement with our fan base by providing news directly to them also enables us to better understand want they want from the club.”

Dari uraian singkat kasus diatas, sedikit banyaknya mewakili konsep paradoxical mirroring yang terdapat dalam buku Communicating Globally bab 8, dimana elemen-elemen stakeholder, communication channels, dan brand structure (dalam hal ini image dan positioning MU-club) mempengaruhi hubungan brand (Manchester United) dengan costumersnya (Fan-nya MU).

Referensi:

www.google.com

Schultz, Don E. dan Kitchen, Philip J. (2000), Communicating Globally : An Integrated Marketing Approach. Chicago. NTC Business Books.

Februari 19, 2008

McDonald’s, Berpikir Secara Global dan Bertindak Secara Lokal

Filed under: Uncategorized — la2ui05 @ 11:00 pm

Pengaruh Lingkungan Ekonomi Global terhadap Expansi Walt-Mart

Filed under: Uncategorized — la2ui05 @ 10:59 pm

Ela Bestia-0905010263

Pada dasarnya system ekonomi dunia terbagi atas tiga tipe yaitu:

<!–[if !supportLists]–>1.      <!–[endif]–>Sistem pasar / kapitalis, contoh: A.S, Negara-negara di Eropa, Jepang

<!–[if !supportLists]–>2.      <!–[endif]–>Sistem komando / sosialis, contoh: Cina

<!–[if !supportLists]–>3.      <!–[endif]–>Sistem campuran (gabungan antara system pasar dan sistem komando), contoh: Indonesia

Pembagian Negara berdasarkan pendapatan perkapita:

1.  Low-income Countries (Negara berpenghasilan rendah/ negara sedang berkembang).

GNP per Capita < $786

2.  Lower-Middle-Income Countries (Negara berpenghasilan menengah ke bawah)

Masih dikategorikan negara sedang berkembang.

GNP per Capita antara $785-$3,125.

3.  Upper-middle-income Countries (Negara berpenghasilan menengah ke atas / Negara industri).

GNP per Capita antara $3,126-$9,655.

4.  High-Income Countires (Negara berpenghasilan tinggi/ Negara maju)

GNP per Capita di atas $9,655.

5.  Basket Cases (Negara dengan masalah ekonomi, sosial, politik yang serius)

Tiga peringkat Negara dengan pasar terbesar di dunia:

1.      <!–[endif]–>Amerika Serikat, GNP per Capita US$41,400 (World Bank,2005)

2.      <!–[endif]–>Jepang, GNP per Capita US$37,180 (World Bank,2005)

3.      <!–[endif]–>Jerman, GNP per Capita US$30,120 (World Bank,2005)

Ketiga Negara tersebut tergolong negara maju yang menganut system ekonomi pasar yang berbasiskan persaingan bebas, dan menjadi dominan di pasar global.

Contoh kasus: Walt-Mart (perusahaan A.S yang sukses berekspansi secara global)

Walt-Mart adalah perusahaan pengecer kelas dunia yang berasal dari Amerika Serikat. Awalnya Walt-Mart hanya berbasis 2.200 toko di Amerika Serikat dengan penjualan kurang dari $85 miliar dolar pada awal 1990-an, lalu penjualan meledak sebesar $137 miliar. Tahun 1993, Walt-Mart mulai berekpansi dengan membeli 122 buah toko Woolco di Kanada.

Terdorong  oleh NAFTA (perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara), Walt-Mart dengan cepat bergerak menuju Meksiko dan membentuk usaha patungan dengan lebih 400 buah toko di Meksiko. Lalu usaha patungan diperluas ke Hongkong dengan Ek Chor Distribution System Co. Ltd. Walt-Mart mendirikan beberapa Value Club, yang menjadi batu loncatan menuju Cina Daratan (Negara dengan penduduk paling padat di dunia dan pasarnya kelas menengah yang sedang tumbuh). Melalui Ek Chor, perusahaan yang sebenarnya dimiliki oleh C.P. Pokphand dari Bangkok, Walt-Mart mmasuki pasar Thailand dan juga Indonesia. Tahun 1995, pengecer kelas dunia tersebut membidik arah selatan, menuju Amerika Selatan dengan toko-toko tersebar di Brazil, Argentina, dan Chili.

Jika ditilik Negara-negara diatas, kebanyakan merupakan pasar yang sedang berkembang dengan populasi penduduk yang cukup besar. Persediaan Walt-Mart yang berupa barang dagangan bermerek dengan diskon besar menawarkan kualitas  kepada konsumen pasar yang sedang berkembang dengan harga yang dapat mereka jangkau.

Untuk tahap berikutnya, Walt-Mart nekat memasuki pasar Jerman. Jerman yang tergolong Negara berpenghasilan tinggi ini merupakan pasar ketiga terbesar di dunia  (setelah Jepang dan Amerika Serikat). Dengan notabene pengecer barang harga murah, Walt-Mart dirasa kurang sesuai memasarkan produknya di Negara tersebut, apalagi Jerman terkenal memiliki pasar yang sangat keras. Tetapi dengan berbagai strategi pemasaran global, Walt-Mark berhasil membuktikan dalam satu setengah tahun menjadi pengecer nomor empat di Negara Jerman tersebut.

Sumber:

Keegan, Warren J.(2002). Global Marketing Management, Seventh Edition, New Jersey:                 Prentice Hall, Inc.

Kotler, dan Amstrong. (2004). Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi 9, Jakarta: PT. Indeks         Kelompok Gramedia.

Gayo, Iwan. (2006). Buku Pintar Seri Senior. Edisi 38, Jakarta: Pustaka Warga Negara

Global Marketing Communication’s Weblog

Filed under: Uncategorized — imlek @ 10:59 pm

Global Marketing Communication’s Weblog

Sushi Tei: Kombinasi Rasa Otentik dan Global

Filed under: Studi Kasus Individu,Uncategorized — imlek @ 10:58 pm

Kombinasi Rasa Otentik dan Global 

Jepang adalah sebuah negara yang tidak diragukan lagi kekuatannya di dunia. Namun semua itu tidak membuat Jepang melupakan budaya dan tradisinya. Walaupun sudah menjadi negara yang terpandang, orang Jepang sama sekali tidak kehilangan jati dirinya. Mereka tetap bangga dengan pakaian, makanan, serta bahasanya sehingga sangat menjunjung tinggi budayanya. Kecintaan mereka pada budayanya sendiri, yang justru menjadi salah satu kekuatan dalam menghadapi persaingan global. Bangsa Jepang tidak begitu saja meninggalkan budaya tradisionalnya, bahkan sebaliknya mereka justru memperkenalkan budaya ini ke mancanegara. Bukti paling mudah adalah kita mengenal begitu banyak makanan Jepang ada di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bahkan mereka mampu mengekspor budaya mereka ke Indonesia melalui makanan khas mereka yang sudah terkenal, salah satunya sushi. Secara tak langsung ekspor budaya Jepang ini terjadi lewat makanan khas Jepang tersebut yang sekarang tengah menjadi tren kuliner.

Hidangan khas Jepang ini berupa gumpalan nasi yang dikombinasikan dengan ikan, baik itu mentah maupun dimasak. Di luar Jepang, sushi sering disalahartikan sebagai ikan mentah itu sendiri, dan bahkan sushi diartikan sebagai segala sajian seafood yang segar dan mentah, padahal yang terakhir ini seharusnya disebut sebagai sashimi. Baik untuk sushi maupun sashimi, kesegaran bahan yang digunakan selalu menjadi penentu kualitas dan kelezatan. Tidak dapat dipungkiri, sushi adalah salah satu jenis makanan yang sedang ngetrend saat ini. Makan sushi telah menjadi bagian dari gaya hidup anak muda saat ini, seperti makan hotdog atau hamburger dua puluh tahun yang lalu. Sushi semakin mudah didapatkan, baik di resto-resto sushi yang bertebaran di mana-mana, gerai-gerai sushi di food court, sampai di supermarket sekalipun.

Salah satu restoran Jepang yang menawarkan sushi sebagai menu andalan mereka adalah Sushi Tei. Sushi Tei telah berhasil melebarkan sayapnya di lima negara, yaitu Indonesia, Singapura, China, Thailand, dan Australia. Dengan didukung keahlian kuliner yang profesional, Sushi Tei tetap menawarkan keaslian cita rasa sushi terbaik sebagai perwakilan kekayaan kuliner Jepang. Namun Sushi Tei juga berhasil memadukan dengan citarasa kebudayaan lokal tanpa merusak cita rasa serta kebudayaan asli Jepang itu sendiri. Untuk dapat diterima di negara lainnya, Sushi Tei menciptakan kreasi baru. Konsep sushi yang segar, sehat, sederhana, dan stylish itu dikombinasikan dengan berbagai bahan makanan generasi modern yang membuat konsepnya berubah menjadi hidangan yang lebih unik, lezat, dan eatable bagi mereka yang tidak terlalu menyukai sajian mentah. Inilah yang disebut sebagai fusion sushi. Bahan-bahan seperti keju, mayonnaise, dan tepung tempura yang memberi kesan crunchy menjadi andalan. Sushi Tei menawarkan menu sushi dengan berbagai pilihan sesuai budaya lokal. Beberapa hidangan sushi ada yang sudah matang sehingga cocok bagi yang belum terbiasa dengan daging mentah. Pemakaian wasabi sebagai penguat rasa pedas dapat diganti dengan sambal.  Sushi tidak lagi melulu rasa Jepang, ada kombinasi antara identitas timur dan identitas barat. Yang jelas, tujuan menciptakan jenis sushi seperti itu tentu saja agar sushi disukai dan bisa dinikmati siapa pun.

 Imilia Lekawati(0905010395)

Blog di WordPress.com.